BERHARAP TODANAN JADI CENTRA PISANG KEBYAR DI BLORA
Foto pisang
kebyar salah satu andalan komoditas hasil pertanian polowijo di pasar Todanan (armedha_img)
Todanan.
Pasar Todanan selain memiliki bangunan dengan wajah baru tampilan modis juga
memiliki halaman paving. Di samping itu di depan pasar sudah terdapat terminal cukup
luas dan dikelilingi ruko milik pasar. Sehingga memungkinkan kendaraan mulai
roda empat dapat diparkir. Jika hari pasaran, maka kendaraan yang masuk
kebanyakan mengangkut hasil pertanian termasuk palawija dan buah-buahan. Wajar
karena daerah Todanan termasuk daerah tadah hujan hasilnya seperti kacang brol,
ketela, jagung, lombok dan berbagai sayuran kacang panjang, koro, cipir, tomat,
ketimun, petai dan lain-lain. Sedangkan jenis buah-buhan berupa berbagai jenis
pisang, rambutan musiman, dan mangga. Adapun jenis buah durian dan matoa juga
sudah ada dengan jumlah populasi terbatas.
Adapun jenis buah-buahan yang dapat
dibeli adalah pisang kebyar sebutan orang blora. Masyarakat Todanan menyebutnya
dengan pisang byar. Mengapa disebut pisang byar? Karena sekali pisang ini
berbuah sekaligus ambyar pisangnya tanpa jantung (jawa: tuntut). Setiap tundun isinya sekitar
2 sampai 3 sisir (jawa: cengkeh). Bagi masyarakat Todanan, pasar
Todanan terkenal sebagai penghasil pisang kebyar. Hal ini dikarenakan jenis
pisang ini ukurannya besar dan panjang, tidak cepat busuk, harganya juga mahal dan
dapat dipanen tanpa mengenal musim.
Sebagai pasar yang berada di
perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati (kawasan BLOGROPATI), pasar Todanan benar-benar
didatangi pedagang dari berbagai wilayah. Sebagian kalangan masyarakat berharap
bahwa wilayah Todanan diidam-idamkan sebagai centra penghasil pisang kebyar di
Blora. Karena di wilayah kabupaten Blora sendiri selain Todanan tidak banyak
dijumpai. Bahkan di beberapa tempat di luar kabupaten Blora sampai saat ini
belum dijumpai jenis pisang tersebut dapat tumbuh di sana. Misalnya di daerah
Pamotan Rembang demikian ungkap H. Purwanto salah seorang penduduk kabupaten
Rembang.
Apa hikmahnya, di bidang
perdagangan akan mendatangkan keuntungan tersendiri. Karena pada musim panen produksi pisang byar tidak
selamanya melimpah dan akhirnya harga pertundun bisa mencapai di atas Rp.
100.000,-. Mahal kan! Tetapi di saat panen besar harga akan menurun sampai kisaran Rp.
30-40 ribuan pertundun itu saja untuk kualitas rendah, demikian ungkap Bu Dartik salah seorang pembeli dari desa Ngumbul kec. Todanan. Namun sayangnya masyarakat belum mengambil peluang
komoditas pisang byar yang cukup menjanjikan itu. Sementara para petani pisang byar baru memanfaat lahan kosong di pekarangan rumah, di kebun dan di sudut-sudut sawah mereka. Dan selainnya memanfaatkan ladang hutan yang dibuka oleh perhutani.
Memang pembelinya sementara
masih terbatas bagi yang memiliki cukup uang, tetapi justru jika produksi
melimpah maka dengan hukum ekonomi akan menurun harganya. Namun setidaknya
diperlukan pihak pemerintah dalam hal ini dinas terkait sehingga harapan Todanan
sebagai centra pisang byar bukan mustahil akan terwujud. Sehingga harga pisang byar akan stabil dan menjadi pisang andalan serta oleh-oleh khas bagi masyarakat pendatang atau yang mudik lebaran nanti. (30/05/2016).
Ikut nginceng...
BalasHapushttps://komunitaspisangbyaarmbahbejo.blogspot.com/?zx=9f119e7ead595893