Alam

Alam
Pemandangan kesejukan alam pegunungan Todanan di pagi hari

Minggu, 05 Juni 2016

berharap Todanan jadi centra pisang kebyar di Blora



BERHARAP TODANAN JADI CENTRA PISANG KEBYAR DI BLORA
 
 Foto pisang kebyar salah satu andalan komoditas hasil pertanian polowijo di pasar Todanan (armedha_img)

Todanan. Pasar Todanan selain memiliki bangunan dengan wajah baru tampilan modis juga memiliki halaman paving. Di samping itu di depan pasar sudah terdapat terminal cukup luas dan dikelilingi ruko milik pasar. Sehingga memungkinkan kendaraan mulai roda empat dapat diparkir. Jika hari pasaran, maka kendaraan yang masuk kebanyakan mengangkut hasil pertanian termasuk palawija dan buah-buahan. Wajar karena daerah Todanan termasuk daerah tadah hujan hasilnya seperti kacang brol, ketela, jagung, lombok dan berbagai sayuran kacang panjang, koro, cipir, tomat, ketimun, petai dan lain-lain. Sedangkan jenis buah-buhan berupa berbagai jenis pisang, rambutan musiman, dan mangga. Adapun jenis buah durian dan matoa juga sudah ada dengan jumlah populasi terbatas.

Adapun jenis buah-buahan yang dapat dibeli adalah pisang kebyar sebutan orang blora. Masyarakat Todanan menyebutnya dengan pisang byar. Mengapa disebut pisang byar? Karena sekali pisang ini berbuah sekaligus ambyar pisangnya tanpa jantung (jawa: tuntut). Setiap tundun isinya sekitar 2 sampai 3 sisir (jawa: cengkeh). Bagi masyarakat Todanan, pasar Todanan terkenal sebagai penghasil pisang kebyar. Hal ini dikarenakan jenis pisang ini ukurannya besar dan panjang, tidak cepat busuk, harganya juga mahal dan dapat dipanen tanpa mengenal musim. 

Sebagai pasar yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati (kawasan BLOGROPATI), pasar Todanan benar-benar didatangi pedagang dari berbagai wilayah. Sebagian kalangan masyarakat berharap bahwa wilayah Todanan diidam-idamkan sebagai centra penghasil pisang kebyar di Blora. Karena di wilayah kabupaten Blora sendiri selain Todanan tidak banyak dijumpai. Bahkan di beberapa tempat di luar kabupaten Blora sampai saat ini belum dijumpai jenis pisang tersebut dapat tumbuh di sana. Misalnya di daerah Pamotan Rembang demikian ungkap H. Purwanto salah seorang penduduk kabupaten Rembang.

Apa hikmahnya, di bidang perdagangan akan mendatangkan keuntungan tersendiri. Karena pada musim panen produksi pisang byar tidak selamanya melimpah dan akhirnya harga pertundun bisa mencapai di atas Rp. 100.000,-. Mahal kan! Tetapi di saat panen besar harga akan menurun sampai kisaran Rp. 30-40 ribuan pertundun itu saja untuk kualitas rendah, demikian ungkap Bu Dartik salah seorang pembeli dari desa Ngumbul kec. Todanan. Namun sayangnya masyarakat belum mengambil peluang komoditas pisang byar yang cukup menjanjikan itu. Sementara para petani pisang byar baru memanfaat lahan kosong di pekarangan rumah, di kebun dan di sudut-sudut sawah mereka. Dan selainnya memanfaatkan ladang hutan yang dibuka oleh perhutani. 

Memang pembelinya sementara masih terbatas bagi yang memiliki cukup uang, tetapi justru jika produksi melimpah maka dengan hukum ekonomi akan menurun harganya. Namun setidaknya diperlukan pihak pemerintah dalam hal ini dinas terkait sehingga harapan Todanan sebagai centra pisang byar bukan mustahil akan terwujud. Sehingga harga pisang byar akan stabil dan menjadi pisang andalan serta oleh-oleh khas bagi masyarakat pendatang atau yang mudik lebaran nanti. (30/05/2016).


 

1 komentar:

  1. Ikut nginceng...
    https://komunitaspisangbyaarmbahbejo.blogspot.com/?zx=9f119e7ead595893

    BalasHapus